Suriah, Bangkitkan Salafi Jihadi

Senin, 22 Juli 2013

Suriah kini menjelma bagai gadis molek “kembang kawasan” Timur Tengah. Semua aktifis jihad berebut meminangnya. Suriah menjadi tanah paling ideal baik secara geopolitik maupun geo-ideologis sebagai habitat jihad pasca revolusi Arab. Bahkan daya tarik ini dirasakan hingga luar kawasan. Tak ada aktifis jihad yang beraliran salafi di belahan bumi manapun kecuali tertarik untuk datang meminang.

Berawal dari Tunisia, merambah ke Mesir, Libya, Yaman dan tampaknya akan berakhir di Suriah. Tak ada yang menyangka sebelumnya bila ending “musim semi” Arab ini akan sangat bernuansa jihad bersenjata. Suriah menjadi “berkah di balik musibah” dengan makin matangnya bentuk akhir revolusi Arab menjadi Jihad fi Sabilillah. Corak yang sangat berbeda dibanding pemicu awal revolusi yang sekedar protes atas kezhaliman rezim.
Kalaupun kelak revolusi ini masih akan menyebar ke negara kawasan yang masih tenang, dinamika Suriah akan mempengaruhi revolusi tersebut, bukan semata protes atas kezhaliman penguasa, tapi sudah lebih puritan dengan aroma perang akhir zaman yang kuat. Perang sipil yang bertujuan mengenyahkan thoghut-thoghut Arab kaki tangan Barat atau menumpas ideologi jahat Syiah atau menekuk musuh abadi umat – Israel. Nafasnya sudah berganti menjadi pertarungan antara al-haqq yang ingin menumbangkan al-bathil, bukan lagi protes jalanan yang menuntut keadilan yang absurd dan kemakmuran yang semu khas tuntutan rakyat yang alam pikirannya serba materi dan nasionalistik.

Suriah, Revolusi Rakyat dengan Spirit Jihad

Konflik Suriah yang sangat brutal – paling brutal diantara yang lain – dengan korban yang mengerikan, waktu yang relatif panjang dan dukungan diam-diam terhadap rezim Bashar Asad dari negera kawasan baik Syiah, Israel maupun kaki tangan Barat yang khawatir bakal menguatnya sentiment jihad, membuat revolusi Suriah punya karakter yang khas. Jihad Suriah berhasil memantik sentimen solidaritas umat Islam dari seluruh kalangan karena melihat saudara mereka berjuang sendirian, satu-satunya sandaran hanya Allah kemudian umat Islam.
Faktor lain yang membuat konflik Suriah terasa khas, adalah banyaknya hadits-hadits nubuwat akhir zaman yang menyebutkan sisi stretagis Suriah, yang dalam istilah zaman Nabi saw disebut negeri Syam. Syam yang meliputi Suriah, Lebanon, Yordania dan Palestina, dinubuwatkan sebagai “negeri titik kumpul dan titik sebar” dan “markas kekuatan umat Islam akhir zaman”. Mujahidin seluruh dunia akan tersedot ke tanah Syam, lalu dari sana bertolak untuk melaksanakan misi penaklukan ke wilayah sekelilingnya.
Kenyataan lapangan dan dukungan spirit ideologi dari nubuwat, menjadikan Suriah memenuhi syarat untuk disebut sebagai basis jihad yang ideal. Jumlah kaum Sunni yang mayoritas juga dipandang sebagai modal kekuatan mujahidin yang hebat jika mampu dipoles dengan sentuhan dakwah salafiyah yang intensif dalam rangka mengikis sisa-sisa pemikiran nasionalisme dan liberalisme. Jihad yang berkecamuk selalu menjadi latar yang ideal untuk mengikis pola pikir nasionalisme dan pemikiran sesat lain. Semakin lama jihad hidup di Suriah, akan makin banyak alumninya yang steril dari syubuhat pemikiran, insyaallah.

Revolusi Arab, Titik Balik dari Salafi menjadi Jihadi

The Regional Center for Strategic Studies (RCSS), lembaga kajian strategis yang bermarkas di Cairo membuat analisa yang menarik tentang kebangkitan salafi jihadi pasca krisis Arab. Salafi dalam pandangan RCSS adalah semua aktifis ahlussunnah. Salafi secara umum dibagi dua, salafi ilmu dan salafi jihadi. Salafi ilmu adalah salafi yang anti kekerasan dalam manhajnya. Sementara salafi jihadi adalah salafi yang kuat mengusung tema jihad bersenjata dan perlawanan, baik kepada penguasa lokal maupun kekuatan global. Lihat http://rcssmideast.org/التحليلات/الأمن-الأقليمى/المظلة-الجهادية.html
Sebelum Arab spring, yang mendominasi Timur Tengah adalah salafi jinak, salafi sebagai spirit dakwah dan pengamalan sunnah. Bahkan terdapat trend eksodus kaum jihadis menjadi salafi jinak, misalnya kasus Jamaah Islamiyah dan Jamaah Jihad di Mesir,  Jamaah Islamiyah al-Muqotilah di Libya dan FIS di Aljazair yang sebelumnya konsisten di jalur salafi jihadi yang kental nuansa konfrontasi, berpindah menjadi salafi damai. Tapi setelah pecah revolusi Arab, peta berbalik secara dramatis. Seluruh negara Timur Tengah bergemuruh berbondong-bondong pindah payung, tadinya payung salafi kalem, menjadi salafi jihadi.
Bahkan dalam analisa RCSS, kaum jihadi untuk bisa terjinakkan, memerlukan waktu yang sangat lama dan membutuhkan perdebatan ilmiah panjang. Sementara perpindahan dari salafi menjadi jihadi, punya kecepatan tak tertandingi. Peta salafi Timur Tengah dan Afrika Utara hari ini sudah didominasi oleh salafi jihadi, sebagai dampak langsung dari revolusi Arab. Jamaah Islamiyah Mesir yang sebelumnya sudah jinak, dengan revolusi Mesir, mereka kembali mengeluarkan jargon-jargon yang lebih dekat untuk dikategorikan jihadi. Semenanjung Sinai kini sudah menjelma menjadi markas kaum jihadis dengan memanfaatkan gurunnya yang luas.
Dan Suriah sebagai ending revolusi Arab menjadi kolam penampungan ideal bagi kaum salafi jihadi, atau setidaknya titik orientasi perjalanan. Bahkan para aktifis dari masing-masing negara sudah mencanangkan jargon: min huna nabda’ wa fie syam naltaqiy  (dari sini kita berawal – merujuk tempat lokal masing-masing – dan di Syam kita akan bertemu). Tampaknya kawasan Suriah akan menjadi kampus jihad masa depan, setelah era 80-an hal itu terjadi di Afghanistan. Bukan hanya kampus, bahkan basis mujahidin yang siap menyebar ke kawasan dengan nafas jihad fi sabilillah yang murni.Semoga bertemu kembali sobat, di Syam ! ilalliqa’ fi Syam ! Wallahu a’lam.

sumber : lasdipo

Alumni Jihad Afghanistan : Bicara Suriah Berarti Kita Bicara Aqidah

Rabu, 17 Juli 2013

Ketika kita sedang bicara Suriah, maka kita bukan bicara politik dan kemanusiaan.
“Tapi kita sedang bicara Aqidah” Jelas alumnus akademi militer mujahidin Afghanistan Ustad Abu Rusydan.
Bertempat di Masjid Mujahidin Surabaya, Minggu (19/05/2013). Abu Ruysdan dengan gamblang memaparkan ancaman serius gerakan Syiah baik dari tragedi yang terjadi di Suriah saat ini.
“Syiah Nushairiyah tidak berubah dari asalnya. Prinsip yang menjadi permasalahan dasar mereka adalah gerakan Bathiniyah, Syiah Ghulat, dan dibentuk oleh orang-orang yang memusuhi Islam.” Jelasnya dalam kegiatan beda buku “Rezim Syiah Nushairiyah” dari AlJazeera Publishing tersebut.
Mengutip pendapat syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Abu Rusydan menilai kelompok Syiah dari pemerintah Bashar Al Assad bukan hanya sesat. dan berada diluar Islam
“Mereka juga berbahaya dibanding musuh-musuh yang sudah disadari kaum muslimin.” Tambahnya.
Dari sittu, Abu Ruysdan berharap umat Islam di Indonesia mau belajar dari tragedi Suriah. Apapun bentuk alirannya, jika ia berlatar belakang Syiah maka ia akan selalu menyimpan misi untuk merusak Islam.
“Umat Islam itu satu tubuh, jika satu bagian merasa sakit maka seluruh bagian ikut merasa sakit” Jelasnya berapi-api.

Tarbiyah Jihadiyah : Merajut Kemuliaan Umat

Sebagaimana yang terjadi di Syam hari ini pasca perjanjian Sykes Picot tahun 1916 antara aliansi kuffar Inggris dan Perancis serta Rusia dimana mereka memecah belah kaum muslimin menjadi empat wilayah yang ditegakkan diatas dasar kebangsaan (nasionalisme) menjadi negara Libanon, Yordania, Suriah dan Palestina. Maka kaum muslimin dimana saja mengalami berbagai musibah dan kehinaan yang secara langsung ditimpakan orang-orang kafir maupun secara tidak langsung berupa bencana-bencana yang Alloh Azza wa Jalla gerakkan melalui alam ciptaanNya.

Sudah seharusnya kita semua sadar bahwa bencana–bencana yang menimpa kita adalah dikarena kesalahan dan ulah tangan kita sendiri. Alloh Azza wa Jalla tidak menimpakan berbagai musibah itu melainkan agar kita kembali kepada ajaranNya yang agung secara menyeluruh. Bencana–bencana itu terjadi karena kita –kaum muslimin sendiri– melakukan berbagai pelanggaran terhadap hal–hal yang pokok dalam Diinul Islam (ushuluddin) yakni :

  1. Menerima kesesatan paham nasionalisme sebagai asas dan sistim ber-Negara padahal bertentangan dengan Diinul Islam .
Sejarah memperlihatkan bahwa ada kesalahan langkah dalam menyusun pembentukan Negara yang dihuni mayoritas kaum muslimin. Yakni memakai manhaj mudahanah (sikap lemah lembut) dengan kaum kafir  yang mengharuskan kita untuk melepas asas Syari’at dan menerima asas nasionalisme, sehingga  rusaklah prinsip–prinsip diinul Islam yang mestinya harus  kita tegakkan.  Penyimpangan tersebut mengakibatkan turunnya bermacam-macam azab dari Alloh Azza wa Jallla hingga hari ini .

Hal ini jelas diterangkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya :
 “ Dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu Jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu Hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami. “  (QS Al Israa’: 73-75)

Padahal paham nasionalisme sama sekali tidak terkait dengan Islam bahkan satu sama lain jelas saling bertentangan. Golongan yang pertamakali mengamalkan nasionalisme adalah orang– orang Yahudi yang dimurkai Alloh. Yakni nampak ketika kalangan Bani Israel itu menolak kerasulan nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam hanya lantaran beliau bukan dari kalangan mereka yang keturunan nabi Ya’kub ‘alaihis sallam sedangkan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam adalah bangsa Arab ketururunan nabi Ismail ‘alaihis sallam. Orang–orang Yahudi sebenarnya tahu kebenaran akan kerasulan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam namun semangat ‘nasionalisme’ itu menyuruh mereka berdusta dan menolak kebenaran.

Jika ada yang mengawinkan Islam dengan Nasionalisme, maka jelas mereka melanggar prinsip– prinsip pokok Diinul Islam. Islam memandang siapapun dan apapun kebangsaan serta kewarganegaraannya selama mereka muslim, mereka adalah saudara kita sedangkan ajaran nasionalisme mengajarkan bahwa persaudaraan hanya dibatasi tanah kelahiran, lokasi tinggal dan asal keturunan. Maka sesungguhnya bencana peperangan yang buruk dan keji yang terjadi antar ummat manusia tanpa alasan yang haq adalah bermula dari paham nasionalisme yang amat sempit dan picik ini .

Menerima demokrasi sebagai alat perjuangan menegakkan Islam dimana hal ini sejatinya bertentangan dengan petunjuk Alloh dan RasulNya.
Kesalahan fatal yang telah kami terangkan diatas  bukan segera dikoreksi malah kaum muslimin justru terjebak dengan kesalahan berikutnya. Mereka mengadopsi ‘anak haram’ kaum kuffar Barat berupa demokrasi sebagai alat untuk memperjuangkan Islam, akhirnya langkah perjuangan mereka makin menjauh dari ketentuan–ketentuan Syari’at, Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un ….

Padahal  Alloh dalam telah menjelaskan dalam firmanNya :

Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain )  karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.(QS Al An’aam : 153)

Akibat menerima paham syirik ini, kaum muslimin berpecah belah bukan hanya pada label golongan dan bendera partai tapi mereka juga tidak lagi peduli dengan prinsip–prinsip Diinul Islam. Dalam merebut suara rakyat berbagai prinsip dikorbankan dan banyak cara dilakukan walaupun menyelisihi nilai dan kaedah kebenaran. Prinsip mudalisin (penjilatan) dan mudahanah (pelembutan sikap) diamalkan padahal mencederai aqidah tauhid. Bahkan akhirnya muncul sikap ruknun (cenderung pada kezaliman) dan tawalli (mendukung kekafiran ) yang jelas–jelas mengeluarkan pelakunya dari Islam pun mereka lakukan . Itulah sebagai akibat dan tuntutan ajaran demokrasi .

Ummat Islam tidak mengamalkan secara kaaffah sehingga ditimpakan siksa oleh Alloh berupa kehinaan di dunia .
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. (Qs Al Baqoroh : 85)

Walaupun khithob ayat ini awalnya adalah kaum Yahudi namun ibrahnya menjadi umum dan dapat menimpa siapa saja yang berperilaku sama dengan Yahudi termasuk kaum muslimin . Setelah kaum muslimin mengikuti langkah buruk Yahudi dengan memilih nasionalisme sesat sebagai dasar pembentukan Negara dan mengadopsi demokrasi yang syirk sebagai jalan perjuangan, maka kesesatan berikutnya adalah sikap memilah dan memilih ajaran Islam yang selaras dengan hawa nafsunya. Naudzubillah min dzalik !

Di pentas masyarakat, kita disodorkan berbagai paradoks (kondisi saling berbenturan) yang membingungkan dan melahirkan kepribadian ummat yang terbelah  (split personality) hingga pada akhirnya justru membentuk karakter hipokrit (munafik) yang amat berbahaya bagi kaum muslimin itu sendiri. Sebab kaum munafik semacam inilah yang berperan utama sebagai agen–agen perusak Islam dan pelemah kaum muslimin dari dalam yang sangat tidak mudah bagi kita dalam menghadapinya.

Apalagi kalau kaum munafik inilah yang memegang kendali masyarakat dengan kekuasaan sistim dan senjata maka akan hancurlah masyarakat karena mereka akan mengumbar kemunkaran dengan memberi izin dan perlindungan terhadap tempat dan aktivitas serta pelaku kemunkaran. Sebaliknya, mereka akan menekan, mengintimidasi bahkan menangkap dan menyiksa pelaku amar ma’ruf nahi munkar dengan tuduhan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Oleh sebab itu , jika kita menyerukan apalagi melakukan Jihad maka segera tuduhan teroris akan segera mereka tempelkan. Pesantren sebagai tempat menyemai aqidah, syari’at dan akhlaq dituduh sarang teroris karena memang dari sinilah lahir para da’i dan mujahid yang gemar beramar ma’ruf nahi munkar serta suka berjihad dijalan Alloh.

Sebagai orang yang beriman, kita tidak mau terus menerus tenggelam dalam kekeliruan yang membahayakan nasib kita di dunia dan akherat. Satu–satunya jalan selamat bagi kita adalah mewujudkan agenda Tarbiyah Jihadiyah secara totalitas dan bersungguh–sungguh dimana sasaran pokok Tarbiyah Jihadiyah adalah meluruskan kehidupan kita sekarang dengan mewujudkan langkah–langkah sebagai berikut:

  1. Tashfiyatul Aqidah , yakni memurnikan keyakinan kita dari segala hal yang merusak iman seperti syirk, nifaq, fasiq serta ideology–ideology kufur lainnya, baik secara individu, masyarakat maupun Negara .
  2. Tajdiidul ‘Amal , yakni memperbaharui amaliyah ‘ubudiyah dan mu’amalah kita dari hal-hal yang menyelisihi Sunnah seperti bid’ah, riba, sistim pemerintahan jahiliyah dan sebagainya .
  3. Tahriirul Ummah, yakni melibatkan diri dan ummat dalam perjuangan pembebasan kaum muslimin dari kehinaan yang meliputi kehidupan mereka saat ini kepada kemuliaan Islam dan kaum muslimin dengan jalan yang disunnahkan yaitu dakwah dan jihad. Dan dengan sasaran yang jelas menuju terbentuknya baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur baik dalam skala lokal maupun global.

Dan kita juga paham, bahwa hal itu semua harus kita lakukan dalam bingkai aqidah dan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah hingga Alloh Azza wa Jalla berkenan mendatangkan kecintaanNya dalam bentuk pertolonganNya yang amat kuat dan tidak terkalahkan. Menyelisihi Ahlus Sunnah wal Jama’ah apalagi bermudahanah dengan firqoh-firqoh dholalah yang bersumber dari empat golongan besar yakni Khawarij, Syiah, Mu’tazilah dan Murjiah walaupun terkesan kuat karena seolah-olah wujud persatuan ummat namun sesungguhnya akan justru menggiring kaum muslimin pada kesesatan baru yang lebih fatal dan justru tidak akan menyelamatkan ummat, baik dunia maupun akherat.

(bumisyam.com)
Sebagaimana yang terjadi di Syam hari ini pasca perjanjian Sykes Picot tahun 1916 antara aliansi kuffar Inggris dan Perancis serta Rusia dimana mereka memecah belah kaum muslimin menjadi empat wilayah yang ditegakkan diatas dasar kebangsaan (nasionalisme) menjadi negara Libanon, Yordania, Suriah dan Palestina. Maka kaum muslimin dimana saja mengalami berbagai musibah dan kehinaan yang secara langsung ditimpakan orang-orang kafir maupun secara tidak langsung berupa bencana-bencana yang Alloh Azza wa Jalla gerakkan melalui alam ciptaanNya.

Sudah seharusnya kita semua sadar bahwa bencana–bencana yang menimpa kita adalah dikarena kesalahan dan ulah tangan kita sendiri. Alloh Azza wa Jalla tidak menimpakan berbagai musibah itu melainkan agar kita kembali kepada ajaranNya yang agung secara menyeluruh. Bencana–bencana itu terjadi karena kita –kaum muslimin sendiri– melakukan berbagai pelanggaran terhadap hal–hal yang pokok dalam Diinul Islam (ushuluddin) yakni :

  1. Menerima kesesatan paham nasionalisme sebagai asas dan sistim ber-Negara padahal bertentangan dengan Diinul Islam .
Sejarah memperlihatkan bahwa ada kesalahan langkah dalam menyusun pembentukan Negara yang dihuni mayoritas kaum muslimin. Yakni memakai manhaj mudahanah (sikap lemah lembut) dengan kaum kafir  yang mengharuskan kita untuk melepas asas Syari’at dan menerima asas nasionalisme, sehingga  rusaklah prinsip–prinsip diinul Islam yang mestinya harus  kita tegakkan.  Penyimpangan tersebut mengakibatkan turunnya bermacam-macam azab dari Alloh Azza wa Jallla hingga hari ini .
Hal ini jelas diterangkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya :
 “ Dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu Jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu Hampir-hampir condong sedikit kepada mereka, Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami. “  (QS Al Israa’: 73-75)
Padahal paham nasionalisme sama sekali tidak terkait dengan Islam bahkan satu sama lain jelas saling bertentangan. Golongan yang pertamakali mengamalkan nasionalisme adalah orang– orang Yahudi yang dimurkai Alloh. Yakni nampak ketika kalangan Bani Israel itu menolak kerasulan nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam hanya lantaran beliau bukan dari kalangan mereka yang keturunan nabi Ya’kub ‘alaihis sallam sedangkan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam adalah bangsa Arab ketururunan nabi Ismail ‘alaihis sallam. Orang–orang Yahudi sebenarnya tahu kebenaran akan kerasulan Nabi Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam namun semangat ‘nasionalisme’ itu menyuruh mereka berdusta dan menolak kebenaran.
Jika ada yang mengawinkan Islam dengan Nasionalisme, maka jelas mereka melanggar prinsip– prinsip pokok Diinul Islam. Islam memandang siapapun dan apapun kebangsaan serta kewarganegaraannya selama mereka muslim, mereka adalah saudara kita sedangkan ajaran nasionalisme mengajarkan bahwa persaudaraan hanya dibatasi tanah kelahiran, lokasi tinggal dan asal keturunan. Maka sesungguhnya bencana peperangan yang buruk dan keji yang terjadi antar ummat manusia tanpa alasan yang haq adalah bermula dari paham nasionalisme yang amat sempit dan picik ini .
Menerima demokrasi sebagai alat perjuangan menegakkan Islam dimana hal ini sejatinya bertentangan dengan petunjuk Alloh dan RasulNya.
Kesalahan fatal yang telah kami terangkan diatas  bukan segera dikoreksi malah kaum muslimin justru terjebak dengan kesalahan berikutnya. Mereka mengadopsi ‘anak haram’ kaum kuffar Barat berupa demokrasi sebagai alat untuk memperjuangkan Islam, akhirnya langkah perjuangan mereka makin menjauh dari ketentuan–ketentuan Syari’at, Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un ….
Padahal  Alloh dalam telah menjelaskan dalam firmanNya :
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain )  karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.(QS Al An’aam : 153)
Akibat menerima paham syirik ini, kaum muslimin berpecah belah bukan hanya pada label golongan dan bendera partai tapi mereka juga tidak lagi peduli dengan prinsip–prinsip Diinul Islam. Dalam merebut suara rakyat berbagai prinsip dikorbankan dan banyak cara dilakukan walaupun menyelisihi nilai dan kaedah kebenaran. Prinsip mudalisin (penjilatan) dan mudahanah (pelembutan sikap) diamalkan padahal mencederai aqidah tauhid. Bahkan akhirnya muncul sikap ruknun (cenderung pada kezaliman) dan tawalli (mendukung kekafiran ) yang jelas–jelas mengeluarkan pelakunya dari Islam pun mereka lakukan . Itulah sebagai akibat dan tuntutan ajaran demokrasi .
Ummat Islam tidak mengamalkan secara kaaffah sehingga ditimpakan siksa oleh Alloh berupa kehinaan di dunia .
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. (Qs Al Baqoroh : 85)
Walaupun khithob ayat ini awalnya adalah kaum Yahudi namun ibrahnya menjadi umum dan dapat menimpa siapa saja yang berperilaku sama dengan Yahudi termasuk kaum muslimin . Setelah kaum muslimin mengikuti langkah buruk Yahudi dengan memilih nasionalisme sesat sebagai dasar pembentukan Negara dan mengadopsi demokrasi yang syirk sebagai jalan perjuangan, maka kesesatan berikutnya adalah sikap memilah dan memilih ajaran Islam yang selaras dengan hawa nafsunya. Naudzubillah min dzalik !
Di pentas masyarakat, kita disodorkan berbagai paradoks (kondisi saling berbenturan) yang membingungkan dan melahirkan kepribadian ummat yang terbelah  (split personality) hingga pada akhirnya justru membentuk karakter hipokrit (munafik) yang amat berbahaya bagi kaum muslimin itu sendiri. Sebab kaum munafik semacam inilah yang berperan utama sebagai agen–agen perusak Islam dan pelemah kaum muslimin dari dalam yang sangat tidak mudah bagi kita dalam menghadapinya.
Apalagi kalau kaum munafik inilah yang memegang kendali masyarakat dengan kekuasaan sistim dan senjata maka akan hancurlah masyarakat karena mereka akan mengumbar kemunkaran dengan memberi izin dan perlindungan terhadap tempat dan aktivitas serta pelaku kemunkaran. Sebaliknya, mereka akan menekan, mengintimidasi bahkan menangkap dan menyiksa pelaku amar ma’ruf nahi munkar dengan tuduhan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Oleh sebab itu , jika kita menyerukan apalagi melakukan Jihad maka segera tuduhan teroris akan segera mereka tempelkan. Pesantren sebagai tempat menyemai aqidah, syari’at dan akhlaq dituduh sarang teroris karena memang dari sinilah lahir para da’i dan mujahid yang gemar beramar ma’ruf nahi munkar serta suka berjihad dijalan Alloh.
Sebagai orang yang beriman, kita tidak mau terus menerus tenggelam dalam kekeliruan yang membahayakan nasib kita di dunia dan akherat. Satu–satunya jalan selamat bagi kita adalah mewujudkan agenda Tarbiyah Jihadiyah secara totalitas dan bersungguh–sungguh dimana sasaran pokok Tarbiyah Jihadiyah adalah meluruskan kehidupan kita sekarang dengan mewujudkan langkah–langkah sebagai berikut:
  1. Tashfiyatul Aqidah , yakni memurnikan keyakinan kita dari segala hal yang merusak iman seperti syirk, nifaq, fasiq serta ideology–ideology kufur lainnya, baik secara individu, masyarakat maupun Negara .
  2. Tajdiidul ‘Amal , yakni memperbaharui amaliyah ‘ubudiyah dan mu’amalah kita dari hal-hal yang menyelisihi Sunnah seperti bid’ah, riba, sistim pemerintahan jahiliyah dan sebagainya .
  3. Tahriirul Ummah, yakni melibatkan diri dan ummat dalam perjuangan pembebasan kaum muslimin dari kehinaan yang meliputi kehidupan mereka saat ini kepada kemuliaan Islam dan kaum muslimin dengan jalan yang disunnahkan yaitu dakwah dan jihad. Dan dengan sasaran yang jelas menuju terbentuknya baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur baik dalam skala lokal maupun global.
Dan kita juga paham, bahwa hal itu semua harus kita lakukan dalam bingkai aqidah dan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah hingga Alloh Azza wa Jalla berkenan mendatangkan kecintaanNya dalam bentuk pertolonganNya yang amat kuat dan tidak terkalahkan. Menyelisihi Ahlus Sunnah wal Jama’ah apalagi bermudahanah dengan firqoh-firqoh dholalah yang bersumber dari empat golongan besar yakni Khawarij, Syiah, Mu’tazilah dan Murjiah walaupun terkesan kuat karena seolah-olah wujud persatuan ummat namun sesungguhnya akan justru menggiring kaum muslimin pada kesesatan baru yang lebih fatal dan justru tidak akan menyelamatkan ummat, baik dunia maupun akherat.
- See more at: http://www.bumisyam.com/tarbiyah/tarbiyah-jihadiyah-merajut-kemuliaan-umat.html#sthash.wh3wOVWL.dpuf

UU Penodaan Agama Yes, UU Terorisme & UU Pendanaan Terorisme No !!



Beberapa bulan terakhir, kelompok Syi’ah dan aliran-aliran sesat lainnya yang didukung oleh aktivis dan kelompok liberal mulai gencar mengajukan uji materi Uji Materi (Judicial Review) Peraturan Presiden No. 1/PNPS/1965 yang sudah diundangkan melalui UU No 5/1969 yang membahas tentang penistaan dan penodaan agama ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Diantara LSM liberal yang mengajukan uji materi adalah Inisiatif Masyarakat Partisipatif untuk Transisi Berkeadilan (Imparsial), Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam), Ikatan Jama’ah Ahlulbait Indonesia (IJABI), Perkumpulan Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), Perkumpulan Pusat Studi HAM dan Demokrasi (Demos), Perkumpulan Masyarakat Setara, Yayasan Desantara, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), dan lain-lain.

Dalam gugatannya, mereka mempersoalkan ketentuan dalam Pasal 1 UU tersebut yang berbunyi, ”Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan, atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan agama itu, penafsiran dan kegiatannya”.

Selain itu, aktivis dan kelompok liberal serta orang-orang Syi’ah tersebut juga mempersoalkan Pasal 2 Ayat (1) dan (2), Pasal 3, serta Pasal 4a yang mengatur ancaman pidana atas pelanggaran Pasal 1. Disebutkan, pelanggaran pidana diancam dengan hukuman penjara maksimal lima tahun.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum MIUMI, Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi, MA. Phil. mengatakan bahwa orang-orang liberal, khususnya orang-orang Syi’ah, dalam mengajukan uji materi tersebut memang sangat rapi dan terencana karena mereka memang punya power terhadap para penguasa. Meski tahun 2010 MK sudah menolak uji materi tersebut, tapi mereka masih saja bersikukuh untuk menggoalkan tujuannya agar UU Penistaan Agama itu dicabut MK.

“Orang-orang ini juga mempunyai lobi-lobi terhadap pejabat. Dan ini kita masih mencoba agar tidak  menimbulkan masalah dan bahaya dikemudian hari,” katanya kepada voa-islam seusai mengisi kajian ilmiyah “Problematika Pemikiran Syi’ah” di gedung pertemuan kompleks masjid Istiqlal Sumber, Krajan, Solo beberapa waktu lalu.

Terkait dengan Syi’ah, Gus Hamid menerangkan, bahwa perkembangan kelompok satu ini begitu pesat di Indonesia. Bahkan sudah ratusan yayasan yang mereka bentuk. Tak hanya yayasan saja, tempat pendidikan, penerbitan, radio, TV juga sudah menunjukkan tajinya. “Syi’ah di Indonesia mulai menunjukkan gerakannya dalam berbagai bidang. Penerbitan, advokasi, yayasan, pendidikan, dan mereka luar biasa semangatnya,” terangnya.

Hamid mengharap, umat Islam bisa mencontoh semangat yang ditunjukkan oleh orang-orang liberal dan syi’ah dalam mengajukan uji materi UU Penistaan Agama tersebut. Menurutnya, umat islam, khususnya aktivis dan tokoh-tokoh elemen islam punya PR besar untuk menuntut dicabutnya UU Terorisme dan UU Pendanaan Terorisme yang kemarin baru saja disahkan oleh DPR.

Pasalnya, dengan adanya UU tersebut, menjadi dasar pembenaran dan landasan hukum bagi Densus 88 untuk bertindak semena-mena dan menembak mati siapa saja yang “dianggap” sebagai teroris. “Seharusnya umat islam dan para tokoh lebih gencar untuk menuntut pencabutan UU Terorisme yang merugikan umat Islam itu,” pungkasnya.(voa-islam.com) 

Kajian tentang Hukum Masuk ke Parlemen

Bagaimanakah Hukumnya Bagi Orang Muslim yang Masuk Keparlemen? Soal Jawab Islam. Nara Sumber : Ustadz Abu Rusydan. Menjawab pertanyaan : Bagaimanakah Hukumnya Bagi Orang Muslim yang Masuk Keparlemen?

Sumber (Kiblat.net)

Syeikh Ayman Az-Zawahiri Serukan Berjihad ke Suriah

Syeikh Ayman az-Zawahiri, Amir Al-Qaeda, mendesak umat Islam untuk bersatu dan bergabung dalam pertempuran di Suriah untuk menggulingkan presiden diktator Assad dan untuk mencegah pemerintah sekutu Amerika memimpin Suriah pasca digulingkannya Assad, lansir KC pada Kamis (6/6/2013).
Menurut Associated Press, Syeikh Ayman menyerukan umat Islam di mana pun untuk mendedikasikan hidup, uang dan keahlian mereka untuk melawan rezim Assad.

Syeikh Ayman telah mengecam militan “Hizbullah” Syiah Libanon dan Iran yang mendukung Assad, seperti dilansir dari arrahmah.com.

Syeikh Ayman juga menyerukan umat Islam untuk “mengatasi perbedaan mereka” dan melawan perluasan pengaruh Syiah di Suriah, AP menambahkan.

“Amerika, instansi dan sekutunya ingin kalian menumpahkan darah kalian dan darah anak-anak dan kaum perempuan kalian untuk menurunkan rezim kriminal Baath, dan kemudian mendirikan sebuah pemerintahan yang loyal kepada mereka dan untuk menjaga keamanan ‘Israel’,” katanya seperti dikutip Reuters.

Pesan itu disampaikan dalam rekaman berdurasi 22 menit yang diposting pada hari Kamis di sebuah situs yang biasa digunakan oleh Al-Qaeda, lapor Reuters.

Dalam audio yang berdurasi 22 menit itu juga menampilkan rekaman pesan Syaikh Umar Abdurrahman -fakallahu asrahu- yang kini berada di penjara Guantanamo.

 [arrahmah/annajah/almustaqbal]

Kajian Demokrasi Menurut Islam


Demokrasi sebagai sebuah sistem yang menjalankan roda kehidupan saat ini (termasuk di negeri-negeri kaum muslimin), menimbulkan pengaruh yang dahsyat terhadap kehidupan.

Bagaimanakah Pengertian Demokrasi Menurut Persepsi Islam? Ustadz Abu Rusydan mengupasnya.
Sumber : Kiblat.net


Gugatan Syiah pada MUI, Bentuk Perlawanan Syiah pada Ahlu Sunnah

Terkait gugatan kelompok sesat Syi'ah terhadap Fatwa Sesat Syi’ah yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, Ustadz Abu Fati’ah Al-Adnani mengingatkan umat Islam untuk mewaspadai hal tersebut.
Gugatan yang dilayangkan kalangan Syi'ah Gugatan yang dilayangkan kalangan Syi’ah di Pengadilan Negeri (PN) Pusat Jakarta itu, dinilai penulis best seller buku-buku bertemakan akhir zaman ini sebagai sebuah langkah awal perlawanan kaum Syi’ah di Indonesia terhadap Ahlu Sunnah.
...Iya jelas. Ini sebuah langkah awal perlawanan secara terang-terangan kelompok Syi’ah...
Dirinya menambahkan, gugatan tersebut dijadikan kelompok Syi’ah untuk mengukur sejauh mana respon ahlu sunnah. Selain itu, dengan “uji coba” tersebut juga akan digunakan kelompok Syi’ah sebagai tolak ukur kekuatan muslim sunni di Indonesia.

“Iya jelas. Ini sebuah langkah awal perlawanan secara terang-terangan kelompok Syi’ah,” katanya kepada voa-islam.com pada Selasa (4/6/2013) di Solo Jawa Tengah.


Salah satu pengajar Ponpes Darusy Syahadah Simo Boyolali ini menegaskan bahwa umat Islam tidak boleh diam saja dengan sikap “permusuhan” yang ditunjukkan kelompok Syi’ah tersebut. Umat Islam, kata Ustadz Abu Fatiah harus melakukan perlawanan guna menghadang laju perlawanan kelompok Syi’ah yang lebih besar lagi.

Namun dirinya menghimbau, sikap perlawanan muslim sunni di Indonesia jangan menggunakan bentuk fisik. Jika untuk saat ini fisik yang digunakan, maka umat Islam akan mendapatkan madhorotnya. Sebab, sekarang ini kalangan Syi’ah dilihat mempunyai peran untuk mengontrol opini di masyarakat yang cukup kuat melalui media massa.
...Kalau perlawanan (dari umat Islam -red) ya harus. Namun kita sekarang inikan hidup di negara Demokrasi, maka perlawanan dalam bentuk menyampaikan hujjah saat ini sudah cukup untuk melawan mereka...
Apalagi, saat ini muslim sunni di Indonesia meskipun mayoritas hidup di negara yang bukan di atur dengan sistem Islam. Jika fisik yang digunakan, meskipun tindakan ahlu sunnah itu benar, tetap saja akan di beritakan dan di opinikan salah dan jelek.
“Kalau perlawanan (dari umat Islam -red) ya harus. Namun kita sekarang inikan hidup di negara Demokrasi, maka perlawanan dalam bentuk menyampaikan hujjah saat ini sudah cukup untuk melawan mereka,” terangnya.

“Coba kita lihat kasus pembubaran dan penutupan tempat kegiatan Ahmadiyah. Meskipun umat Islam sudah menggunakan cara dan jalur yang benar, proses mediasi sudah dilalui, tetap saja kan, media memberitakan yang buruk-buruk. Ini karena orang-orang Syi’ah punya power mengontrol opini publik di masyarakat,” tandasnya.(voa-islam.com)

NII dan Transformasi dalam Tandzim Jihadi


Membaca “Inside Jihad” karya Omar Nasiri, intel Prancis yang menusup ke sel Al-Qaeda di kamp Afghan, saya banyak hal yang menarik dari buku ini. Antara lain adalah cerita bagaimana ia menyusup dan mengikuti pelatihan militer. Meski agak memalukan karena yang memberi info adalah seorang mujrim, tapi deskripsi-deskripsi yang ia tulis sangat menarik.

Secara positif, saya jadi tahu lebih gamblang ihwal laboratorium besar bernama Afghan; bahwa nun jauh di sana sekelompok umat bekerja dengan sangat serius, lengkap dengan segala fasilitas persenjataan modern. Himpunan muslim dari berbagai latar belakang suku dan bahasa, tengah melebur diri menjadi satu suku; suku tuntas dan suku mujahid. Ada magma di sana.

Otak kiri saya berbicara dan otak kanan berkelana; fenomena apa ini? Adakah mereka adalah eksistensi dari janji Rasul tentang thaifah manshurah? Merekakah kelompok inti umat ini? Adakah mereka jenis “cagar alam” yang tak bisa dipunahkan, paling tidak ideologinya? Apa rahasia besar Allah dibalik fenomena ini? Adakah mereka entitas yang selalu memenangkan peperangan?

Membaca tulisan Omar Nasiri ini bak menonton urutan serial pertunjukan ‘maha dahsyat’, saya mendapat release terbaru Al-Qaeda media Ramadhan 1428 H. Aiman Adz-Dzawahiri dengan ditemani buku-buku dan sepucuk Kalasinkhov tengah berorasi. Permunculannya kali ini seolah tengah mengejek Bush bahwa ia sangat santai menghadapi tekanan Amerika. Back-drop syutingnya memberi pesan kuat yang lazim disebut dalam buku-buku siyayasah syar’iyyah bahwa agama ini harus ditopang dua hal: Kitab dan Pedang.

Aiman Adz-Dzawahiri tengah menyampaikan progress report perlawanan globalnya di seluruh dunia. Dimulai antara lain dengan tayangan sebuah tekad koalisi antara dua kekuatan besar: Thaliban dan Al-Qaeda. Thaliban berposisi sebagai anshar sementara Al-Qaeda sebagai muhajir. Al-Qaeda menegaskan tekadnya untuk sami’na wa-atha’na kepada Amirul Mukminin: Mullah Umar, sementara Thaliban yang diwakili Mullah Dadullah bertekad menjadikan Afghan sebagai parit perlindungan pagi mujahidin seluruh dunia. Sebuah kekuatan yang tidak bisa dianggap enteng. Selanjutnya Aiman menyampaikan permunculan gerakan perlawanan global di berbagai penjuru dunia. Dimulai dari Irak; Somalia, Maghribi, Palestina dan lain-lain.

Ya.. bak sebuah urutan serial, kini bukan sekadar deskripsi normatif seorang Omar Nasiri di era 90-an, tapi sudah dalam bentuk aktualisasi. Release ini menegaskan fenomana ‘istikhdamul-quwwah’ yang lebih terprogram dan terorganisir. Jika selama ini saya hanya menduga mereka terpimpin secara ideologis, tapi kali ini saya harus mengakui mereka mulai terpimpin secara siyasi. Nampaknya, tren ke depan kelompok ini akan mengisi lakon utama sebagai kelompok perlawanan terhadap adikuasa di dunia ini.

Tiba-tiba ingatan saya kembali ke belakang, pada ruang dan waktu saya berada. Di bumi saya Indonesia, pernah tercatat sebuah  perlawanan anak bangsa dengan jalan pedang terhadap pemerintahnya yang dinilai sekuler. Kelompok itu menamakan diri Negara Islam Indonesia atau NII. Pasca ditangkapnya sang Imam; Kartosuwiryo, gerakan ini menjelma menjadi gerakan klandestin. Sayang, dalam perjalanan gerakannya, qiyadah yang sudah menjadi tua, kurang bisa mengikuti transformasi. Mereka sering terjebak pada kebanggaan nostalgia sejarah. Tidak ada basis pemikiran yang dibangun secara kuat dan permanen, kecuali hanya dogma global bernama jihad. Kultur  yang dibangun pun tidak nyambung dengan ruang di mana mereka berada hingga memaksakan ruang negara ke ruang gerakan. Budaya mencuri  pun merajalela atas dalih fa’i.

Kelompok muda gelisah. NII dinilai sudah tidak menjawab tuntutan zaman. Ada yang kemudian bermetamorfosa menjadi gerakan tarbiyah, dan ada pula yang memilih pergi ke Afghanistan untuk berjihad. Dalam sebuah kesempatan, saya pernah mewawancarai Abu Rusydan, sosok yang didakwa sebagai petinggi Jamaah Islamiyah. “Apakah Abdullah Sungkar memberangkat muridnya ke Afghan melalui jalur NII?” Ia menjawab: “Tidak, justru NII nunut ke beliau.” “Apa latar belakang AS kemudian memisahkan diri dari NII?” tanya saya: “NII dinilai sudah tidak mampu menjawab persoalan jihad aktual masa itu.”

Transformasi begitu penting, karena sebuah ideologi diajarkan bukan untuk mengisi ruang kosong. Kita bisa berkaca pada perjalanan Rasulullah. Dalam buku sirah, selalu disebutkan era pra kenabian dan pasca kenabian. Hal yang menegaskan bahwa Rasulullah itu menjawab sesuatu; Ada masalah sosial yang disolusi. Dalam konteks tulisan ini saya hanya ingin menyampaikan; mari kita amati “fenomena perlawanan global” ini. Untuk selanjutnya mencoba menyinkronkan “takwin quwwah” -sebagaimana grand umumnya gerakan di Indonesia- dengan “istikhdam quwwah”. Tentu ini bukan hal gampang karena terkait bagaimana menyinkronkan idealisme dengan istitho’ah.

“Perlawanan global” ini tidak lahir serta-merta. Usamah bin Ladin telah lama merintisnya. Ia juga bukan jenis perlawanan sporadis, tapi didesain memiliki daya kenyal yang lama. Ini menarik untuk dicermati. Qiyadah harakah di Indonesia harus memiliki waktu khusus untuk mencermati hal ini di tengah kesibukan pentadbiran. “Perlawan global”  ini dibangun oleh ideologi, maka tidak cukup bagi qiyadah dari hanya sekadar mendengar dan membaca buku propaganda mereka. Langkahnya sudah harus lebih maju untuk mengunyah 36 kali dengan segenap kritik hingga beroleh gambar besar dan gambar kecilnya. Informasi gerak-geriknya juga tidak cukup diakses dari media umum yang penuh distorsi, apalagi hanya kebetulan ada yang memberi tahu, tapi harus digali melalui sumber eksklusif yang akurat, juga dengan segenap analisa kritis.

Pendek kata, qiyadah harus melakukan ‘investasi’ pada ranah pengkajian ini untuk menajamkan mata dan telinga. Jika selama ini gerakan-gerakan di Indonesia tidak eman berinvestasi gedung tinggi sebagai sarana pendidikan, tidak ada salahnya berinvestasi besar pada pengkajian dan penelitian.

NII harus membayar dengan ditinggalkan oleh kader mudanya yang potensial akibat tidak mengikuti transformasi. Meski demikian, tentu ‘pengamatan’ di sini bukan sekadar mengikuti tren. Ada yang lebih mendasar dari itu semua. Apa itu? Gerakan yang dalam proses “takwin quwwah” tidak boleh tenggelam pada i’dad tanpa batas ukuran. Karena sesungguhnya, ditarik dari sisi mana pun “istikhdam quwwah” itu wajib; kadang wajib ain dan kadang wajib kifayah.

Tidak ada opsi yang lain. Alasan yang dibenarkan bagi harakah sekarang untuk bergeser dari istikhdam ke takwin adalah; ‘adamul isthitha’ah (tidak ada kemampuan). Maka, menjadi menarik mengamati sebuah gerakan yang tengah ‘istikhdam quwwah’ untuk beroleh pembanding.KIBLAT.NET

Serial Millah Ibrahim ; Merealisasikan QS Al Mumtahanah 4

Serial Millah Ibrahim 1 ( QS Al Mumtahanah 4 ). Merealisasikan QS Al Mumtahanah 4. Bersama ust Abu Bakar Baasyir.

Cerita Indah Panji Hitam di Medan Jihad Suriah


Seorang Mujahid, yang menyebut dirinya “Qarin Al-Kallasy” menyatakan berhenti dari publikasi di Twitter karena kondisi aktual membuatnya kesulitan mengakses.

“Aku keluar dari Twitter karena mulai sekarang dan seterusnya saya sulit untuk mengaksesnya. Saya mengharapkan doa dari kalian agar diberikan keteguhan, kesyahidan, dan keridhaan atas semua amal,” ungkapnya.
“Sebelum saya keluar, saya ingin menyampaikan pesan: Saya bersumpah demi Allah, kami di sini sangat membutuhkan bantuan personal dan dana. Demi Allah, kami dalam kondisi sangat membutuhkan bantuan!” tambahnya.
Selama ini, di sela-sela istirahat dari pertempuran, Mujahid dari Arab Saudi yang bergabung dengan Jabhah Nusrah di Suriah ini memang selalu menyempatkan diri untuk menulis di Twitter tentang kesaksian hidup dari realitas Jihad Suriah yang ia jalani. Berikut ini dua petikan kisah yang sangat berharga bagi kita yang pernah ia tulis di halaman Twitternya.
Kakek Tua dan Keinginan Terakhirnya
Saat itu saya sedang berpikir, mengapa para pemuda Jazirah Arab tidak mau berjihad padahal bisa menemukan jalan ke medan jihad.
Saya berada di kantor pusat dan bersandar di dinding. Tiba-tiba saja ada seorang tua renta dan dua
Halaman-@K_L7-saat-masih-aktif
Halaman-@K_L7-saat-masih-aktif

anak muda masuk. Tampaknya dua anak muda itu putranya. Ia pun mengucapkan salam kepada komandan kami, lalu duduk.
Ia kemudian berkata, “Wahai Komandan, dua anak saya ini saya serahkan kepadamu. Inilah permintaan terakhir saya dari kalian, gabungkanlah anakku bersama kalian.”
Aku yang mendengar itu sangat terharu hingga kulit tubuhku merinding. Betapa mulia keinginan kakek itu.
Cerita yang Indah tentang Panji Hitam
Ketika itu, para mujahidin sedang berada dalam puncak kesibukan di barak untuk persiapan sebuah pengepungan.
Tiba-tiba, salah seorang pemimpin faksi yang masih menjadi bagian Tentara Pembebasan (FSA) datang dan mengatakan, “Kami ingin sejumlah mujahid darimu bergabung dengan kami untuk menyerang sebuah pos pemeriksaan militer di tempat lain.”
“Saya tidak bisa memberikannya kepadamu karena kami sendiri sedang sibuk pula untuk penyerangan,” jawab Komandan kami.
“Baiklah, tetapi berikanlah apa saja meskipun hanya bendera hitam kalian,” pinta Perwira tersebut.
Komandan kami pun memberikan salah satu panji hitam kami.
Perwira tersebut pun berperang bersama pasukannya dengan membawa bendera hitam tersebut. Mereka menyerang pos pemeriksaan tentara penguasa. Anehnya, ketika para tentara Bashar melihat mobil bersenjata dan bendera hitam, mereka melarikan diri dan meninggalkan dua tank serta amunisi lainnya!
Ketika Perwira tersebut kembali ke tempat kami untuk mengembalikan bendera, Komandan kami berkata, “Ghanimah apa yang kalian dapat?”
“Amunisi dan dua tank!” jawabnya.
“Kalau begitu, kita harus berbagi ghanimah: satu tank untuk kami dan satu lagi untuk kalian,” kata Komandan kami.
“Mengapa begitu?”
“Karena kami telah mengirimkan bendera kami untuk berperang bersama kalian,” jawab Komandan kami.
Akhirnya kami, mendapatkan ghanimah tank dengan panji hitam kami. Melalui tulisan ini kami ingin mengucapkan terima kasih atas upayanya. (an-najah.net) 

Kajian Ustadz Abu Bakar Ba'asyir


Download di sini: tausiyah Ustadz Abu Bakar Ba'asyir

  1. Khotbah di masjid AlMuhajirin (DOWNLOAD)
  2. Surat kepada penguasa (DOWNLOAD)
  3. Al Wala' wal Baro' (DOWNLOAD)
  4. Syari'at Islam harga mati (DOWNLOAD)
  5. Hikmah di balik musibah (DOWNLOAD)
  6. Mengenal kebaikan hakiki (DOWNLOAD)

Jihadnya Seorang Sufyan Ats-Tsauri

"JANGANLAH kalian mencintai kekuasaan, karena hal itu bisa membuatmu rendah. Seorang ulama tidak akan menghiraukan kekuasaan, kecuali yang telah menjadi makelar. Jika kekuasaan telah membuatmu senang, maka hilanglah jati dirimu. " 

Itulah di antara isi surat nasihat yang ditulis oleh seorang ulama hadits yang menjadi referensi utama di zamannya. Beliaulah Sufyan bin Said bin Masruq bin Rafi 'bin Abdillah, atau biasa dengan panggilan akrab beliau Sufyan Ats-Tsauri. 

Ketegasan ulama Kufah tahun 77 Hijriyah terhadap kezhaliman penguasa, membawanya ke sebuah pengungsi yang melelahkan. Meskipun, hal itu tidak membuatnya lalai untuk mencari hadits dan mengajarkannya kepada murid-murid yang ia bina. 

Hal yang membuatnya dikejar-kejar penguasa yang saat itu dijabat Al-Mahdi dimulai ketika sang raja mendatangi rumah Sufyan Ats-Tsauri. Al-Mahdi memberikan Ats-Tsauri sebuah cincin yang baru saja ia lepas dari jarinya. Dan tentu, cincin itu sangat berharga untuk orang kebanyakan, termasuk Sufyan Ats-Tsauri. 

"Wahai Abu Abdillah," ucap sang raja kepada Ats-Tsauri. "Ini adalah cincin kepunyaanku. Ambillah! Aku ingin engkau berkata kepada umat sesuai Quran dan Sunnah, "seraya sang raja melemparkan cincin itu kepada Ats-Tsauri. 

Cincin itu pun dipegang Ats-Tsauri. "Izinkan aku berbicara, wahai amirul mukminin," ucap ulama yang hadits periwayatannya selalu bernilai shahih. "Ada apa?" Ucap Al-Mahdi. "Apa aku akan aman jika berbicara?" Tanya Ats-Tsauri lagi. "Ya, kamu akan aman!" Jawab sang raja. 

"Wahai Amirul Mukminin, janganlah engkau datang kepadaku, sehingga aku sendiri yang datang kepadamu. Dan janganlah kamu memberikan sesuatu kepadaku, sehingga aku yang meminta kepadamu! "Ucap Ats-Tsauri tanpa sedikit pun menampakkan rasa sungkan. 

Betapa marahnya sang raja Al-Mahdi dengan ucapan yang menghinakan seperti itu. Hampir saja, ia memukul Ats-Tsauri kalau saja tidak diingatkan seseorang dengan ucapan jaminan aman sebelum Ats-Tsauri mengungkapkan ketegasannya kepada sang raja. 

Orang-orang sudah berkumpul di sekitar rumah Sufyan Ats-Tsauri untuk melihat kondisi sang ulama. Mereka khawatir terjadi sesuatu. Dan betapa gembiranya mereka ketika Ats-Tsauri keluar dari rumah dengan aman. "Apakah Al-Mahdi mengatakan agar berbicara sesuai Quran dan Sunnah?" Tanya mereka kepada Ats-Tsauri. 

Dengan ringan, Sufyan Ats-Tsauri menjawab, "Jangan anggap serius ucapannya." Saat itulah, Sufyan Ats-Tsauri mengungsi. Ia melarikan diri ke Bashrah. 

Sebelum ke Bashrah, Ats-Tsauri pergi menuju Mekah. Al-Mahdi mengetahui keberadaan Ats-Tsauri, dan langsung mengutus seseorang untuk memerintah penguasa Mekkah, Muhammad bin Ibrahim untuk menangkap Ats-Tsauri. 

Tapi, penguasa Mekkah paham betul kalau Ats-Tsauri seorang ulama besar yang tidak mungkin berbuat salah hingga menjadi buronan. Ia mengutus seseorang untuk memberikan pesan khusus kepada Ats-Tsauri. Isinya, "Jika kamu ada kepentingan untuk menemui beberapa orang di Mekkah, hubungi aku untuk memberikan perlindungan. Dan jika tidak, sebaiknya sembunyi saja! "

Tetap saja, Ats-Tsauri menemukan beberapa ulama Mekkah untuk berdiskusi tentang hadits. Hingga keberadaannya di Mekkah dirasa sudah tidak aman lagi, Ats-Tsauri pun berangkat menuju Bashrah. 
Setibanya di Bashrah, beberapa ulama langsung menemuinya. Mereka mengkaji beberapa hadits dari Ats-Tsauri dan berdiskusi dengannya. Dan ketika keberadaannya di Bashrah juga dirasa sudah tidak aman, Ats-Tsauri pun pergi lagi menuju Baghdad. 

Begitu seterusnya, sampai ia akhirnya meninggal dunia di Bashrah, masih dalam suasana persembunyian. Ketika meninggal dunia, seorang ulama, Hammad bin Zaid, berkata, "Wahai Sufyan, aku tidak merasa iri dengan begitu banyaknya hadits yang kamu hafal. Tapi aku iri dengan amal shaleh yang telah kamu perbuat. " 

Beberapa nasihat Sufyan Ats-Tsauri yang masih dikenang oleh murid-muridnya. Antara lain, "Melihat wajah orang zhalim merupakan sebuah kesalahan. Siapa yang mendoakan kebaikan kepada orang zhalim, maka dia berarti senang berbuat durhaka kepada Allah. " 

Seorang murid Sufyan pun berkata, "Lalu, kepada siapa kami harus bergaul, wahai Syaikh?" Sufyan mengatakan, "Dengan orang-orang yang senantiasa mengingatkanmu untuk berdzikir kepada Allah, dengan orang-orang yang membuatmu gemar beramal untuk akhirat. Dan, dengan orang-orang yang akan menambah ilmumu ketika kamu berbicara kepadanya. " 

Surat yang disampaikan ulama yang selalu mengisi waktu antara Maghrib dan Isya atau Zhuhur dan Ashar dengan shalat sunnah ini pun memiliki sambungan. "Menurutku, sebaiknya kamu jangan mengundang para penguasa dan bergaul dengan mereka dalam suatu masalah. Takutlah dengan fitnah dari orang yang taat beribadah tapi seorang yang bodoh, dan fitnah orang yang memiliki banyak ilmu tapi tidak memiliki akhlak terpuji. " 

Sufyan Ats-Tsauri meninggal dunia di usia 84 tahun dan masih dalam suasana persembunyian. Ulama yang begitu wara 'ini pun meninggal dengan masih mengenakan sebuah pakaian yang banyak coretan peta. Sumber: Islampos

Fadhilah Bumi Syam

Syam merupakan bagian dari negeri  Arab yang telah di berkahi, sebagai mana firman Allah dalam  surat Al Isra  ayat 1:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dan dalam surat Al Anbiya ayat 71
وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ
Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.
Syekh Imam Izz bin Abdusalam  seorang ulama Syam dalam kitab Tar,Qibu  Ahlul Islam  Fii Suknah Baladisy Syammenafsirkan kalimat yang diberkahi adalah Syam. Sebagian ulama menafsirkan keberkahan yang terdapat di negeri ini disebabkan para rasul dan para nabi. Sebagian lain menyatakan bahwa keberkahan negeri ini dengan keberkahan buah-buahan dan sumber-sumber air yang ada.
Negeri Sayam sekarang terpecah menjadi empat negara, Libanon, Palestina, Suria dan Yordan. Diantara pejuang yang lahir dari negeri ini adalah syekh Izzaddin Al Qosam yang syahid dalam jihad di Palestina yang kini menjadi nama beigade Hamas, seorang ulama kelahiran  Jabalah sebuah propinsi Latakia Suriah.
Bumi islam itu satu, demikina bumi Syam semua milik umat islam yang bertauhid, bersujud dan tunduk hanya ke pada Allah. Kabut hitam kesedihan meyelimuti negeri ini baik di Palestina maupun di Suriah. Hujan air mata diikuti sungai-sungai yang mengalir dengan darah dan kemercik airnya yang di ganti dengan suara tangisan anak-anak dan ratapan sang ibu. Hujan peluru dan dan suara dentuman bom sampai sekarang belum berakhir. Nyanyian kematian seakan sudah menjadi Nasyid Nasyid yang selalu di dendangkan pagi dan malam.
Ada pun keutamaan-keutamaan negeri Syam itu antara lain:
1. Doa Rasulullah untuk negeri Syam
Ibnu Umar berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Ya Allah, berkahilah kami dalam negeri Syam dan negeri Yaman.” Sebagian sahabat berkata, “Dan negeri Najd (dalam riwayat lain: Iraq)?” Beliau berkata, “Ya Allah, berkahilah kami dalam negeri Syam dan negeri Yaman.” Sebagian sahabat berkata, “Dan negeri Najd?” Beliau menjawab, “Di sana terdapat gempa, fitnah dan keluarnya tanduk syaitan.” (HR. Bukhari no. 990).
2. Malaikat menjaga negeri Syam
Zaid bin Tsabit berkata bahwa suatu hari Rasulullah bersabda ketika para sahabat berada bersama beliau, “Beruntunglah negeri Syam, sesungguhnya malaikat Rahman membentangkan sayapnya di negeri tersebut”. (HR. Ibnu Hibban no. 7304).
3. Syam negeri orang-orang pilihan
Abdullah bin Hawalah Azdy berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Sesungguhnya kalian akan menjadi pasukan-pasukan perang, satu pasukan di Syam, satu pasukan di Iraq dan satu pasukan di Yaman.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, pilihkan untukku!” Rasulullah menjawab, “Pilihlah Syam, dan barangsiapa yang enggan maka hendaklah ia bergabung dengan Yaman dan meminum dari kolam-kolam air Yaman. Sesungguhnya Allah telah menaungi Syam dan penduduknya.” (HR. Shahih Ibnu Hibban no. 7306).
Said bin Abdulaziz, salah seorang perawi hadits ini berkata, “Ibnu Hawalah berasal dari kota Azd. Beliau tinggal di Yordania.” Jika beliau meriwayatkan hadits ini beliau selalu berkata, “Barangsiapa yang dinaungi oleh Allah maka ia tidak akan di terlantarkan.”
Pilihan Rasulullah ini dijelaskan dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Muadz bin Jabal dan Hudzaifah bin Yaman tatkala mereka berdua meminta petunjuk kepada Rasul untuk tempat tinggal mereka sesudah wafat Rasulullah. Rasul menyarankan mereka untuk tinggal di Syam karena orang-orang pilihan Allah tinggal di negeri ini. (Lihat Mu'jamul Kabir no. 137).
4. Syam negeri orang-orang mu'min
Abdullah bin Amr berkata, “Akan datang satu masa tidak ada seorang mukmin pun kecuali ia akan bergabung ke Syam.” (HR. Ibnu Abi Syaibah no. 19791)
Imam Izz bin Abdussalam berkata, “10.000 mata yang melihat Nabi Muhammad SAW masuk negeri Syam tatkala mereka (para sahabat) mengetahui keutaman negeri Syam dibandingkan negeri yang lain.”
5. Syam negeri para wali
Abdullah bin Shofwan berkata bahwa seorang laki-laki berdoa saat perang Shiffin, “Ya Allah, turunkan laknatmu untuk penduduk Syam!” Ali membantah, “Janganlah kamu melaknat seluruh punduduk Syam, sesungguhnya di sana terdapat wali badal, sesungguhnya disana terdapat wali badal, sesungguhnya disana terdapat wali badal.” (HR. Ma'mar bin Rosyid no. 1069).
6. Syam bumi kebaikan dan Kebajikan
Abdullah bin Amr bin Ash berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Kebaikan itu ada sepuluh persepuluh (10/10). Sembilan persepuluhnya (9/10) berada di Syam, sepersepuluhnya (1/10) untuk selain Syam. Kejahatan itu sepuluh persepuluh. Sepersepuluhnya berada di Syam dan sembilan persepuluhnya di seluruh negeri. Apabila penduduk Syam telah rusak maka tidak ada kebaikan lagi padamu.” (HR. Ibnu 'Asaakir, 1/154).
7. Cahaya iman tetap terpatri di Syam di waktu terjadi fitnah
Abu Darda berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Ketika aku tidur tiba-tiba aku melihat tiang kitab diambil dari bawah kepalaku. Aku melihatnya dibawa pergi dan aku pun mengikutinya dengan dua pandanganku. Kemudian tiang itu ditegakkan di Syam. Ketahuilah bahwa sesungguhnya iman berada di syam ketika terjadi Fitnah.” (HR. Ahmad no. 21781).
Imam Izz berkata, “Maksud dari hadits ini adalah apabila fitnah terjadi dalam agama Islam maka penduduk Syam bebas dari fitnah tersebut dan tetap beriman, dan apabila fitnah terjadi di luar agama maka ahli Syam beramal sesuai dengan keimanan.”
Lalu beliau menafsirkan tiang kitab dengan tiang Islam sebagaimana kaum muslimin bersandar kepadanya dan berlindung di bawahnya. Kenyataan menjadi saksi semua itu, sesungguhnya kita melihat kesungguhan dan keistiqomahan penduduk Syam dan ketaatan mereka dengan Quran dan Sunnah ketika timbul perbedaan.
8. Syam adalah takaran kebaikan dan keburukan dan tempat sekelompok umat Rasulullah yang beruntung hingga hari kiamat.
Qurroh bin Iyas berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Apabila penduduk Syam telah rusak maka tidak ada kebaikan pada kalian. Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang selalu beruntung tanpa terganggu dari orang-orang yang menipu mereka hingga hari kiamat.” (HR. Tirmizi no. 2351)
Auf bin Malik berkata bahwa Rasulullah SAWbersabda, “Bumi akan mengalami kerusakan selama 40 tahun lamanya sebelum Syam.”
9. Syam benteng  kekuatann muslimin
Kalau kita mengatakan bahwa pusat Qur’an terdapat di surat Al-Fatihah, pusat surah Al-Fatihah terdapat di basmalah, dan pusat basmalah terdapat di huruf ba’ maka pusat dunia di negeri Syam, pusat negeri Syam terdapat di Damaskus dan pusat Damaskus di Ghuthah. (Perbandingan di atas tidak termasuk Makkah dan Madinah.
Abu Umamah berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam membaca ayat, “Dan kami tempatkan mereka di dataran tinggi yang mendatar dan yang menyimpan air” (QS. Al-Mu'minun: 50). Beliau bertanya, “Apakah kalian mengetahui dimana tempat itu?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau melanjutkan, “Tempat itu di negeri Syam, bumi yang dinamakan Ghuthah, di sebuah kota yang disebut Damaskus. Ia adalah kota yang terbaik di negeri Syam.” (HR. Tamam Rozi no. 915).
10.   Kekuatan muslimin terdapat di Damaskus
Salah seorang sahabat Rasulullah berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Syam akan terbuka untuk kamu. Jika kamu diberi pilihan tempat tinggal, maka pilihlah tempat tinggal di kota yang bernama Damaskus. Ia adalah benteng Muslimin dari pertempuran dan kekuatan mereka bersumber dari sana di tempat yang bernama Ghuthah.” (HR. Ahmad no. 17470).
Abu Darda berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Sesunguhnya kekuatan Muslimin pada waktu itu di Ghuthah, di samping kota yang bernama Damaskus yang paling terbaik di negeri Syam.” (HR. Abu Daud no. 4300).
11.   Damaskus, markas tentara Allah SWT di muka bumi
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Jika terjadi pertempuran besar maka Allah mengutus utusannya dari berbagai lapisan masyarakat, mereka memiliki kuda terbaik dan senjata perang terhebat, dan Allah mengkokohkan agama ini dengan mereka.” (HR. Ibnu Majahno. 4080).
12.   Damaskus tempat turun Nabi Isa Alaihissalam
Nawwas bin Sam'an berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Isa bin Maryam akan turun di menara putih timur Damaskus.” (HR. Muslim no. 7560).
Dari penafsiran ayat-ayat dan hadits-hadits di atas kita dapat mengetahui keutamaan yang ada di negeri Syam, terutama di Damaskus. Jika ada orang bertanya apakah keberkahan yang di atas dapat kita lihat pada waktu ini —dan jawabannya adalah tidak menafikan keberkahan yang ada, namun keberkahan yang ada sekarang sedikit jika dibandingkan dengan zaman yang lalu sebagaimana digambarkan oleh Syaikh Izz bin Abdussalam— sedangkan dewasa ini setiap orang dapat melihat yang dia inginkan, dan melakukan apa yang dia mau?
Hari ini negeri ini sedang menangis lebih lebih kaum muslimin memandang sebelah mata tragedi di suriah, ada yang bilang itu hanya masalah politik, ada yang bilang itu urusan Negara meraka, bagi mereka yang tahu hakikat perang yang terjadi di Suriah, merupaka perang aqidah antara haq dan batil. Dan dari sinilah rute perjalanan  kaum muslimin menuju pembebasan masjidil Aqsa,
Agama Islam akan di jaga oleh pemiliknya Allah Azza Wa Jalla, sampai akhir zaman. Tak perlu dikawatirkan, sekalipun orang-orang kafir berusaha menghapus agama Allah ini. Tapi, tak pernah mereka berhasil mewujudkannya. Karena, Islam adalah agama fitrah yang sudah menjadi bagian hidup manusia. Keruntuhan manusia yang tidak menerima agama Allah ini, menggambarkan bukti dari keotentikannya. Dan, Islam terus berkembang di seluruh penjuru alam, dan manusia berbondong-bondong masuk agama Allah. (Mi’raj News Agency (MINA)).

LIPUTAN DAKWAH

More on this category »

AUDIO KAJIAN ISLAM

More on this category »

KONSPIRASI MUSUH ISLAM

More on this category »

HOT NEWS

More on this category »

ARTIKEL ISLAM

More on this category »

Arsip Blog

Translate